What a Day

Minggu, 17 Desember 2023

Siswa Bodoh
8 min readDec 19, 2023

Alhamdulillah, 1 bulan ke belakang ini sudah mulai terbentuk gaya hidup yang teratur. Bangun subuh, lari pagi, mandi 2 kali, makan 3 kali, workout sore, belajar ujian aktuaria, mengurus warjur, murojaah, meminimalisir musik, sampai tidur cepat. Kadang salah satunya memang masih bolong satu dua hari, tapi setidaknya akhir tahun ini sudah jauh lebih baik dibandingkan akhir tahun lalu yang sangat-sangat mengerikan.

Satu minggu ke belakang, sebelum hari minggu kemarin (17/12/2023) tidak ada peristiwa yang begitu berkesan, cenderung stabil dan repetitif, tidak ada hal yang menguras emosi. Setelah 2 hal besar terjadi di minggu sebelumnya, satu minggu ini cenderung didominasi oleh pikiran-pikiran ringan. Sampai pada di suatu titik, di hari sabtu. Terbesit suatu pikiran: “Indah sih, tapi kok bosen juga ya kalau gini terus. Ngapain yak?”.

Malam minggu itu saya habiskan dengan bermain magic chess, begadang lagi setelah sekian lama. Entah kenapa mata ini tidak bisa diajak tidur, padahal keesokan harinya harus melaksanakan 2 kegiatan yang sangat melelahkan sejak pagi hingga malam.

Tapi memang, rencana Allah SWT itu selalu sangat indah untuk diberikan kepada hamba-hambanya.

Sejak subuh sudah ada kejadian bodoh, siapa lagi kalau bukan Syekh Fatih alias Paceng. Oiya, sebetulnya judul tulisan ini juga bisa diganti menjadi 4 kebodohan Paceng. Tapi gausah deh, takut kena mental wkwkwk.

kenapa bodoh? Karena dia masak ayam sekaligus memasukkan bahan pengawetnya. Kalian kebayang gak sih, kalau misalkan kalian beli obat kapsul, biasanya kan selalu ada gel silica kecil dibalut sesuatu yang berbahan kertas dan bertuliskan “do not eat”.

Jadi kami membeli ayam Geprek Bensu secara online, dan di setiap potong ayamnya itu terdapat pengawet yang bisa membuat kesegaran ayamnya tahan lama. Ilustrasinya seperti di bawah.

Pengawet ayam ditandai merah

Jujur, saya salut dengan Geprek Bensu yang memiliki konsep penjualan yang berbeda. Alih-alih shopee food, mereka memanfaatkan official store shopeenya. Suatu kemajuan dalam dunia bisnis. Sayang, costumer-costumernya lebih memilih untuk menjadi manusia berkembang. Paceng bodoh. Wkwkwkwk.

Sebetulnya dia sudah tahu kalau itu pengawet, hanya tidak sengaja dimasukkan, dan baru sadar setelah 2 menit ayam dimasak. Kami pasrah saja, dimakanlah ayam geprek itu daripada mubazir. Alhamdulillah sampai sekarang tidak ada efek samping, semoga kedepannya juga tidak ada.

Setelah makan, kami, 7 orang dari Kontrakan Japaru bergegas untuk pergi Aksi Bela Palestina di depan kedubes AS menggunakan KRL, dari Pasar Minggu ke Gondangdia. Kebodohan-kebodohan kecil juga menyertai, seperti lupa bawa jam, lupa isi saldo, kunci motor terbawa. Di seberang sana, di Kabupaten Bandung, Bunda juga sedang riweuh sendiri menyiapkan kebutuhan tes masuk SMA adik saya.

Sesampainya di Gondangdia, sudah sangat ramai sekali lautan manusia. Kami baru sampai di gondangdia pukul 7.30, sangat kesaingan sekali. Kami berjalan lambat mengikuti rombongan, sesekali bercanda ringan bersama.

Palestina… I Love You So Much

Netanyahu… I Hate You So Much

Dalam perjalanan menuju Jl. Medan Merdeka, banyak kejadian-kejadian yang kami lihat atau kami alami. Jalan-jalan sempit di tengah lautan manusia dan kemacetan membuat kami harus cerdik mencari celah-celah di jalan, kami dimarahi orang cina yang terjebak macet karena berusaha menerobos celah mobil dia. Banyak juga orang-orang yang ingin menuju Stasiun Gambir tertinggal kereta karena tidak tahu akan ada aksi di hari tersebut. Saya juga kaget karena tiba-tiba dengan kebetulan bertemu Afra Kamili yang sedang merangsek maju di sebelah saya. Awalnya saya tidak yakin itu Afra, sebelum akhirnya dia memanggil adiknya dengan ciri khas panggilan Bibing. Saya juga jadi bertemu Pak Ismir karenanya.

Story WA Zadi

Dua orang gugur, Paceng dan Zadi hilang entah kemana. Kami sisa ber-5 memutuskan untuk maju mendekati panggung utama dan meninggalkan mereka. Banyak sekali sesuatu yang panitia suguhkan, seperti lagu-lagu, puisi, pidato, pernyataan sikap, dan segala hal yang bernuansa kemarahan untuk membakar semangat para massa. Saya yang cenderung skeptis sih tidak terbakar emosi, tapi ketika Shoutul Harokah disuguhkan di akhir sesi, vibesnya sudah seperti konser Coldplay. Jujur, nasyid lama dan dinyanyikan oleh orang-orang dengan latar belakang yang kurang lebih sama memiliki vibes tersendiri. Ternyata perkumpulan orang-orang PKS tidak buruk juga, Seru banget.

Terakhiran banget sih setelah orang-orang membubarkan diri, ternyata banyak banget anak HK di sekitar panggung, ditemukan juga beberapa anak strekter. Sebuah keniscayaan di acara-acara aksi seperti itu, HK everywhere.

HK el cekek, pesantren pembunuh

Tidak lupa juga tersisa ratusan dus air minum gratis yang coba kami bantu bagikan seselesai aksi, kerasa aja gitu vibes berbuat baiknya. Apalagi ketika melihat pedagang-pedagang air minum berseliweran, dalam benak saya: “Haha, mampus lu dagangan lu gak laku!!”, wkwkwk.

Seru sekali, ini adalah aksi pertama saya seumur hidup. Saya lupa apakah pernah diajak aksi oleh orang tua ketika kecil, yang saya ingat hanya pernah diajak milad PKS. Selama di kampus banyak sekali ajakan-ajakan aksi, tapi saya malas saja bawaannya, berdesakan di tengah panas dan kerumunan. Sudahlah, biar orang lain saja yang mewakilkan, wkwkwk.

Di perjalanan pulang saya mencoba aplikasi Minimalist Phone yang katanya bisa mengurangi screen time sampai 98%. Plot twistnya akan saya ceritakan di akhir tulisan.

Sesampainya di kontrakan, kami terkapar lelah. Saya perlu tidur karena setelah ini harus bermain bola dari siang sampai malam. Saya memaksakan tidur tapi tidak bisa tidur. Badan lemas tapi kepala segar, padahal semalam tidur hanya satu jam.

Selepas dzuhur, saya dan Paceng bergegas menuju NYTC Sawangan untuk meramaikan turnamen Islah Cup. Paceng yang awalnya tidak mau ikut karena mau belajar untuk ujian, berhasil saya paksa untuk main bola. Sebetulnya tidak dipaksa sih, memang panggilan hati dia sendiri. Justru saya malah meroasting dia yang katanya mau belajar malah main bola, hallah.

Di perjalanan saya microsleep, beberapa kali nundutan. Untungnya Paceng peka dan menawarkan diri untuk menyetir. Setelah itu saya tidak ngantuk lagi karena berkendaranya seperti orang gila. Memang, beberapa kali nundutan sih kalau macet, tapi sisanya lebih ke perasaan khawatir kalau saya tidur malah tidak bangun lagi. Ini juga ada plot twistnya di akhir cerita.

Sesampainya di lokasi, kami berbincang ringan bersama anak-anak Strekter. Detailnya tidak bisa diceritakan di sini karena isinya mayoritas kebodohan. Apa sih dari Strekter yang tidak bodoh? Wkwkwk. Paling Fatan Winarto sama Luqman Abdan. Itu juga outlier kanan, sisanya sih tidak ada yang bisa dibanggakan 😂😂.

Strekter FC

Islah Cup ini berformatkan liga, setiap tim mewakili satu angkatan, kecuali angkatan 1–5 yang disatukan menjadi satu tim. Terdapat 4 grup, setiap grup terdiri dari 4–5 tim. Kami berada di grup D bersama Islah 19, Islah 23, Islah 25, dan Islah 26. Oiya, kami mewakili Islah 21, meskipun secara formal Strekter tidak mendeklarasikan diri sebagai bagian dari Islah 21, tapi ideologi Islah 21 tetap berlandaskan kehayawanan (apaan sih wkwk).

Pernyataan Ketua Islah 21 atas tragedi belakangan ini.

Match pertama kami berhadapan dengan Islah 19 (Revolution). Ini merupakan match yang seru karena secara informal, Odet Ybohr mempertaruhkan harga dirinya dihadapan Koncut Ori yang merupakan ketua angkatan Revo, Representasi dari masyarakatnya.

Wkwkwk

Kami kalah 2-1, Nice try. Toh memang tidak berekspektasi menang.

Di game ke dua melawan Islah 23 saya main full karena tidak kebagian main di game pertama. Ini merupakan salah satu titik terbaik saya di tahun ini: Mencetak gol ketika mabol. Saya tidak pernah menyangka bisa melakukan ini. Saya yang notabenenya pemain yang biasa aja dan tidak jago-jago amat, bisa mencetak gol. Ternyata seseru ini adrenalinnya. Pantesan orang-orang semangat banget main bola. Sebetulnya saya termasuk orang yang cukup sering main bola sejak kecil, ngegolin juga, tapi hanya main bola di lapang kecil, dan cara main di lapang kecil jauh berbeda caranya dengan lapang besar. Ah, hoki tahun ini akhirnya terpakai juga wkwkwk. Oiya, kenapa senang sekali, karena gol saya membuat kami terhindar dari kekalahan. Skor 1–1 untuk kedua tim.

Anjay

Sisa 2 game selanjutnya kalah (0–1 vs Islah 25) dan seri (0–0 vs Islah 26). Yaa mau bagaimana pun Strekter tetap Strekter. Bersamamu lebih seru, karena kami berani beda. Menang tidak perlu, ketawa ketiwi nomor satu. Ah, tapi tetap saja masih kesal sama Odet yang menyia-nyiakan 2 peluang depan gawang.

Di perjalanan pulang saya dinaungi perasaan euphoria hari ini. Puas ikut aksi, puas juga main bola, sampai-sampai saya membuat status WA: Hari yang sangat apa 🔥🔥🔥(What a Day gitu maksudnya). Saya membuat status itu di motor sambil menyelipkan video Strekter disana.

Saya dan Paceng berbincang ringan di jalan, kami membicarakan karakter orang Bandung dan Jakarta ketika berkendara. Kami berdua sepakat kalau pengendara di Jakarta lebih cerdik, lebih gercep, dan lebih cerdas dalam berkendara di jalan. Paceng juga mengeluhkan klakson motor dan rem belakang saya yang sudah mati. Sampai beberapa saat kemudian …

Brak!!!

Riill, What a Day 🔥🔥🔥

Kami terjatuh. Ada sebuah motor yang ambil putar balik tapi langsung ambil kiri, ia tidak melihat keberadaan kami. Kami juga salah (Paceng sih wkwk), terlalu nafsu menarik gas tapi posisi motor agak dikiri dekat bahu jalan. Salah saya juga selaku pemilik motor tidak memaintenance motor dengan baik, rem belakang blong dan klakson mati. Alhamdulillah motor Abangnya hanya terserempet dikit, posisi jatuh kami juga bagus, tidak terpental terlalu jauh, kami masih bisa bangun dan berpikir jernih.

Abang yang hampir tertabrak membantu kami membelikan air dan hansaplast. Kami sepakat damai dan saling meminta maaf, tidak ada keributan diantara dua belah pihak.

Dengkul saya lecet, agak susah mencari posisi sujud dan duduk ketika solat. Paceng agak lebih parah, dengkul, jempol kaki, dan sedikit bagian tangannya lecet. Tapi tetap yang paling parah kondisi HP saya yang sudah menghitam tapi masih ada sisa-sisa suara pengarah google maps, LCD-nya kena lagi, padahal belum 2 bulan ganti LCD, wkwk.

Itu plot twist-nya, meskipun Paceng tidak segila Fajar Sutisna dalam berkendara, mungkin ia mendapatkan hikmah perjalanannya. Saya juga yang awalnya mau mengurangi screen time HP sampai 98% malah berkurang sampai 100% 😂😂😂.

Di sisa perjalanan kami berdua cenderung diam, meratapi kejadian hari ini masing-masing. Saya tidak ada dendam kepada Paceng, saya merasa porsi salah saya lebih besar karena tidak merawat motor dengan baik. Saya justru bersyukur hari tersebut ditutup dengan kejadian itu, kami diberikan kecelakaan ringan yang akibatnya masih bisa kami maintenance, dan tidak sampai meninggal karena kami belum melaksanakan solat isya.

Kami singgah sebentar ke warteg untuk makan malam dan mengabari kawan-kawan mabol. Sesampainya di kontrakan kami bergegas mandi solat isya, dan tidur. Melelahkan sekali rasanya. Saya tertidur pulas dan bangun dalam keadaan sakit sebagian tubuh.

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنࣖ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

What a Day!!!

Hari minggu kemarin sangat tidak membosankan, terima kasih Allah ❤❤.

wonhaneun daero !!

--

--